KTA Pramuka: Simbol Loyalitas atau Sekadar Target Bisnis Organisasi?

Kartu Tanda Anggota (KTA) Pramuka selama ini dikenal sebagai simbol identitas, kehormatan, dan komitmen seorang anggota dalam Gerakan Pramuka.

Namun, belakangan, makna simbolik itu dinilai mulai memudar ketika KTA dijadikan produk yang “dijual” demi mengejar target jumlah anggota atau pendapatan organisasi.

Isu ini mulai ramai diperbincangkan di kalangan aktivis Pramuka, terutama generasi muda yang mempertanyakan relevansi dan integritas dari proses administrasi yang seharusnya mendidik, bukan mengejar angka.

Apalagi di era digital seperti sekarang, ketika banyak dokumen penting—termasuk KTP—sudah tersedia dalam format digital, keharusan mencetak KTA secara fisik mulai dianggap usang.

Beberapa suara menyebutkan bahwa distribusi KTA kini lebih mirip transaksi bisnis ketimbang proses penghargaan.

“Dulu kita bangga punya KTA karena itu simbol kita sudah melewati proses latihan dan penempaan. Sekarang, asal bayar, asal daftar, bisa dapat,” ungkap salah satu pembina yang enggan disebutkan namanya.

Fenomena ini memunculkan pertanyaan besar: apakah Gerakan Pramuka sedang bergeser dari semangat pendidikan karakter menjadi entitas administratif yang terlalu birokratis?

Jika pendidikan karakter dan integritas tetap menjadi pondasi utama, maka proses-proses simbolik seperti KTA seharusnya dikembalikan ke nilai aslinya—bukan sekadar formalitas, apalagi jadi komoditas.

Post a Comment

Previous Post Next Post